Representasi Budaya Populer Dalam Film “Slank Nggak Ada Matinya” Karya Fajar Bustomi (Dwi Dicky Febry Rahardjo)
Submitted by: ,
On: Aug 23, 2016 @ 4:56 PM
IP: 202.67.39.29
- Judul artikel eJournal: Representasi Budaya Populer Dalam Film “Slank Nggak Ada Matinya” Karya Fajar Bustomi
- Pengarang (nama mhs): Dwi Dicky Febry Rahardjo
- Abstrak (max. 1600 huruf atau 250 kata): Lahirnya modernisasi kehidupan telah banyak merubah cara pandang dan pola hidup masyarakat, sehingga perbedaan yang terlahir adalah terciptanya budaya masyarakat yang konsumtif dan hedonis dalam lingkungan masyarkat. Film “Slank Nggak Ada Matinya” tidak hanya menyuguhkan tentang kelucuan-kelucuan saja, namun dalam film ini terdapat unsur budaya populer dari segi gaya hidup, cara berpakaian (ciri khas), serta kebiasaan (perilaku) yang cinta damai sehingga para fans atau orang-orang yang mengetahui tentang group band Slank kerap kali mengikuti apa saja yang mereka lakukan ketika dipanggung maupun diluar panggung. Dari apa yang telah dipaparkan diatas, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Budaya Populer Dalam Film Slank Nggak Ada Matinya”
Analisis budaya populer dalam film “Slank Nggak Ada Matinya” menggunakan model analisis Roland Barthes, dengan menentukan penanda denotasi dan konotasi yang mengandung makna seperti, banyak disukai orang dan karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang menurut Williams dalam Storey (2003).
Setelah meneliti dapat disimpulkan bahwa dalam film ini, grup band slank sebagai sosok idola yang memiliki ciri khas dan menjadi sebuah ikon sebagai generasi biru yang di artikan sebagai generasi baru untuk masa mendatang. Dimana unsur budaya populer dalam film ini menunjukan bahwa dari setiap ucapan, bahasa tubuh dan juga aksi dari bintang film Slank memberi efek yang kuat kepada masyarakat, khususnya slankers. Maskulinitas di dalam film ini ditampilkan sangat menonjol bila dilihat dari sosok aktor Kaka, Bimbim, Ridho, Ivanka, Abdee. Dari masing-masing aktor tersebut terlihat jantan. Film ini mengajarkan bahwa manusia harus belajar dari kesalahan, dan juga memberi pembelajaran untuk tidak melakukan hal-hal yang melanggar hukum. - Kata kunci (max. 80 huruf atau 10 kata): Analisis Semiotika, Budaya Populer, Film Slank
- NIM: 0902055305
- Angkatan (tahun masuk, mis. 2009): 2009
- Program Studi: Ilmu Komunikasi
- Sumber tulisan: Skripsi
- Pembimbing: Hikmah, S.Sos., M.A Sabiruddin, S.Sos., I., M.A
- Nama eJournal: eJournal Ilmu Komunikasi
- Volume: 4
- Nomor: 3
- Tahun: 2016
- File artikel eJournal (format .doc, max. 2 Mb): Artikel Jurnal upload Dwi (08-23-16-04-56-33).doc (128 kB)
- File artikel eJournal (format .PDF, max. 5 Mb): Artikel Jurnal Upload Dwi (08-23-16-04-56-33).pdf (374 kB)